Candi Jiwa Bangunan Bersejarah Peninggalan Emperium Sundapura Kerajaan Tarumanagara Abad 4-6 Masehi di Pesisir Karawang Utara

Kompleks Percandiaan peninggalan kerjaaan Tarumanagara Batujaya Karawang Dok.TitikKoordinat 2016

Dalam peradaban manusia tentunya  melahirkan sebuah peninggalan disetiap zamannya, dimana peninggalan itu sebagai penanda sebuah bukti bahwa dahulu ada sebuah peradaban besar yang menghuni tempat tersebut yang dibuktikan melalui peninggalan berupa artefak, bangunan bahkan bisa menjadi sebuah cerita lisan yang berkembang dari generasi ke generasi yang diceritakan oleh manusia dengan turun temurun maka cerita dengan bukti peradaban tersebut akan menjadi sebuah cerita dimasyarakat jika di gali secara empiris dan observatif cerita lisan tersebut dan dibuktikan adanya sebuah benda peninggalan bersejarah maka akan melahirkansebuah ilmu pengetahuan yaitu sebuah sejarah yang teramat berharga dalam kekayaan suatu bangsa.

Bangsa Indonesia khususnya masih banyak sebuah sejarahnya yang tergali dalam sejarah bangsanya maka dari itu dengan sedikit adanya cerita lisan masyarakat yang dibentuk secara foklor dalam ilmu sejarah dan diperkuat adanya temuan benda peninggalan bersejarah maka sedikit demi sedikit penelitian secara observatif dan hipotesis kekayaan bangsa Indonesia dalam budaya itu sangat tinggi dan luhur. Pantas saja bangsa ini lahir dari budaya yang agung karena sejarah sudah membuktikan bahwa dahulu bangsa Indonesia dibesarkan oleh peradaban yang maju dan superior dalam kemajuan peradaban tinggi dan kuat di bumi ini , ini tidak menampik banyak bukti-bukti kerjaaan yang pernah berdiri di nusantara ini sangat super rior dan di takuti oleh bangsa lain maka dari itu kita sebagai generasi bangsa Indonesia tentulah harus bangga dan bisa melanjuktan bahwa bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar yang tidak perlu takluk atau dikecilkan oleh bangsa lain, tugas kita hari ini menjaga dan melestarikan peninggalan kebudayaan leluhur kita dahulu sebagai aset kekayaaan yang perlu lestari agar generasi selanjutnya tetap melek dalam sejarah bangsanya dahulu.

Dalam artikel ini saya ingin menulis bukti peninggalan bangunan bersejarah di wilayah pesisir Utara Karawang yaitu Kompleks Percandian Candi Jiwa peninggalan kerajaan Tarumanagara di wilayah Sundapura dahulu (karawang-Bekasi) dan Bukti sejarah berdirinya Emporium kerjaaan Tarumanagara khususnya di wilayah karawang-Bekasi 356-686 Masehi.

a.      Lokasi Percandian candi Jiwa

Candi Jiwa Karawang terletak di kompleks situs percandian Batujaya, di wilayah Pakisjaya, Karawang, Batujaya, kabupaten Karawang, Jawa Barat.Lokasi bersejarah ini berjarak kira-kira 70 kilometer dari Ibu Kota Jakarta. Candi Jiwa juga terletak tidak jauh dari pantai utara jawa dan juga hanya berjarak 500 meter dari sungai Citarum. Karena sungai Citarum keadaan tanah di area kompleks Candi selalu basah meskipun musim kemarau.            Candi jiwa juga hanya terletak sekitar 15 kilometer arah timur laut dari situs Cibuaya, yang merupakan salah satu situs agama Hindu dan pra-Hindu yang diperkirakan dibangun pada abad pertama Masehi.

b.      Sejarah Ditemukannya Candi Jiwa

Situs Batujaya pertama kali diteliti oleh tim arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada tahun 1984 berdasarkan laporan adanya penemuan benda-benda purbakala di sekitar gundukan-gundukan tanah di tengah-tengah sawah. Gundukan-gundukan ini oleh penduduk setempat disebut sebagai onur atau unur dan dikeramatkan oleh warga sekitar. Semenjak awal penelitian dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 telah ditemukan 31 tapak situs sisa-sisa bangunan. Penamaan tapak-tapak itu mengikuti nama desa tempat suatu tapak berlokasi, seperti Segaran 1, Segaran 2, Telagajaya 1, dan seterusnya.

Sampai pada penelitian tahun 2000 baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi) dan sampai saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandiannya. Meskipun begitu, dua candi di Situs Batujaya (Batujaya 1 atau Candi Jiwa, dan Batujaya 5 atau Candi Blandongan) telah dipugar dan sedang dipugar.

Ekskavasi dan penelitian dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan dibantu oleh EFEO (École Français d’Extrême-Orient) dan dukungan dana dari Ford Motor Company digunakan untuk kegiatan kajian situs ini.

 

c.       Candi jiwa dan Candi Blandongan

1.      1. Candi Jiwa 


Candi Jiwa dikompleks Percandian Batujaya Karawang Dok.TitikKoordinat 2016

Candi yang ditemukan di situs ini seperti candi Jiwa, struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas stupa atau lapik patung Buddha. Pada candi ini tidak ditemukan tangga, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar dan terapung di atas air. Bentuk seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia.Bangunan candi Jiwa tidak terbuat dari batu, namun dari lempengan-lempengan batu bata.Menurut keterangan penduduk setempat kata jiwa berasal dari sifat unur (gundukan tanah yang mengandung candi) yang dianggap mempunyai "jiwa". Karena beberapa kali kambing diikat diatasnya mati. Sehingga tidak ada hubungan dengan Dewa Syiwa.

Kata "jiwa" sangat dekat dengan nama salahsatu nama dewa dalam agama Hindu yaitu Dewa Syiwa. Perubahan dari "syiwa" menjadi "jiwa" bisa terjadi karena perjalanan waktu, atau karena aksen Sunda. Barangkali kedekatan kata syiwa dan jiwa bisa dijadikan salah satu objek penelitian meskipun agak aneh jika data yang telah didapat bahwa candi Jiwa lebih kepada Budha daripada Hindu. Di Budha tidak ada dewa Syiwa.

1.      2. Candi Blandongan


                               Candi Blandongan Di Kompleks Percandian Batujaya karawang. Dok. Titikkordinat 2016

Berbeda dengan Candi Jiwa nama blandongan diambil dari dialek  setempat yang identik dengan pendopo lokasi candi sering dijadikan tempat istirahat seusai menggembalakan ternak yang mencolok dari Candi blandongan adalah desain yang unik dari batu berwarna merah tak seperti batu di candi lainnya yang ada di Jawa

Candi blandongan juga memiliki empat jalan masuk berupa tangga, di keempat Sisinya dengan jumlah anak tangga 9 Selain berupa candi di dalam candi blandongan juga ada sebuah penemuan benda bersejarah di antaranya amulet dan gerabah bumi. amulet adalah  jimat yang ditanam seseorang saat seseorang mengunjungi suatu tempat dan juga tanda seseorang memenuhi Nazar nya atau sebagai penolak bala.

Dari keterangan masyarakat setempat juga menceritakan bahwa di candi blandongan banyak ditemukan kerangka kerangka manusia bahkan beberapa kerangka ini ditemukan dalam keadaan masih menggunakan perhiasan di antaranya berupa manik-manik dari tanah kaca dan batu.

 

 

 

 

d.      Emperium Kerjaaan Tarumanagara di Sundapura 356-686 M (karawang-Bekasi)

Pada awal masehi Pulau Jawa sudah terkenal keberbagai wilayah didunia. Ptolemy menyebut pulau jawa dengan nama labadiou, dan dianggap sebagai sumber emas dengan ibukotanya Argyre. Sedangkan para pedagang India datang membawa mutiara , batu giok , kacang pisthacio , kuda dan juga barang pecah belah (diperkirakan termasuk barang pecah belah keramik Arikamendu) untuk dipertukarkan dengan kayu cendana, cengkeh, dan rempah-rempah serta barang-barang lainnya yang terdapat diNusantara. Krisna Cahndra Sagar, ahli sejarah asal India mencatat dalam bukunya yang berjudul  An Era Of Peace (2002:9) bahwa Nusantara menerima kebudayaan dari India pada awal abad ke-2. Adapun Nusantara , khususnya Pulau Jawa pada masa itu dikenal sebagai pulau yang subur sehingga mengundang banyak pendatang dari berbagai wilayah seperti Syangkanagari  (Kamboja) , Campanagari (Campa), Yawananagari, Dharmanagari dan termasuk juga Bharatanagari (India) . Lokasi yang menjadi tujuan para pendatang adalah Pulau Jawa sebelah barat. Seperti yang sudah kita ketahui , sejak abad pertama Masehi di Jawa bagian barat terdapat sebuah emporium (pelabuhan Internasional) bernama Koying yang sudah dikenal oleh para pedagang . Para pedatang mengunjungi pesisir Jawa Barat dengan berbagai tujuan ; ada yang berdagang ; mengajarkan agama ; atau mengungsi karena diwilayah asalnya terjadi kekeringan dan peperangan . Migrasi kerajaan –kerajaan India Selatan ke kawasan Asia Tenggara menurut para ahli dapat dilacak pada masa kekuasaan kerajaan Samudera Gupta yang melancarkan kampanye militer besar-besaran untuk menaklukan wilayah India bagian selatan.

            Diantara para pedatang dari India terdapat rombongan Wangsa Pallawa, yang datang dengan berpuluh-puluh perahu besar dan kecil. Mereka membangun pemukiman di ujung barat jawa . pemimpin rombongan Wangsa Pallawa yang bernama Dewawarman kemudian menikah dengan anak perempuan pemimpin desa (penghulu) yang bernama Aki Tirem. Aki Tirem adalah putra dari Ki Srengga. Ki Srengga putra Nay Sariti Wara-wiri , dan Nay Sariti putri dari Aki Bajul Pakel.

            Setelah Aki Tirem wafat , Dewawarman menggantikan posisinya sebagai pemimpin desa , dan selanjutnya pada tahun 130 M mendirikan kerajaan Salakanegara dengan ibukotanya di Rajatapura yang berada dipinggir pantai . Kota lainnya yang berada dibawah kekuasaan Salakanagara adalah Argabithapura diwilayah selatan. Sementara itu , salah seorang anak Dewawarman yaitu Aswawarman, menikah dengan penguasa Bakulapura (kutai) yang bernama Kudungga. Selanjutnya Aswawarman menjadi raja Kutainagara.

            Tahun 348 M ,datang lagi rombongan India dari Wangsa Salakayana yang dipimpin seorang Maharesi. Mereka datang ke pesisir Sunda disebabkan kerajaan mereka dihancurkan Wangsa Maurya. Maharesi dan ratusan pengikutnya kemudian kemudian mendirikan perkampungan dipinggir sungai Citarum yang diberinama Tarumadesya. Ketika perkampungan itu semakin ramai kemudian berubah menjadi kerajaan dengan nama Tarumanegara, dan Sang Resi menjadi rajanya  dengan gelar Sang Jayasinghawarman Ghurudharmapurusa. Sedangkan perkampungan Tarumadesya berganti menjadi kota bernama Jayasingahpura . Sejak itu kerajaan Tarumanegara semakin berkembang dan mencapai puncaknya pada masa Raja Purnawarman . Dibawah pemerintahan Purnawarman (395-434) , ibu kota Tarumanegara dipindahkan ke Sundapura . Purnawarman juga membuat pelabuhan ditepi pantai sebagai tempat pelabuhannya kapal-kapal dari berbagai negara.

            Informasi keberadaan Tarumanegara diperoleh dari prasasti-prasasti peninggalanya seperti Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Tugu , Prasasti Ciaruteun , Prasasti Munjul, Prasasti Muara, Prasasti Cianten, Prasasti Jambu, dan Prasasti Pasir Awi. Sementara itu seorang biksu Cina bernama Fa-Hsien menulis dalam fo-kuo-chi  (report the Budhist Kingdom) bahwa dalam perjalanan pulang dari India dan menuju Canton, China, kapalnya diterjang badai. Mereka terdapat disebuah negara yang disebut Jawadwiva.Peristiwa itu terjadi tahun 414 dan menurut Nicolaas J, Kroom dalam Hindoe Javanesche Geschiedenis bedasarkan observasi oleh C.M Pleyte, mengatakan bahwa nama kerajaan Jawadiva pada abad 4-7 masehi adalah Tarumanegara. Dalam sejarah Dinasti Sui dan Dinasti Tang juga menceritakan mengenai datangnya para utusan dari kerajaan diselatan yang disebut To-lo-mo yang diartikan Tarumanegara. Kemunculan Tarumanegara berkembang , maka selanjutnya nama Koying tak pernah lagi disebut-sebut. Sejumlah berita Cina sejak abad Ke5 juga lebih banyak menyebut To-lo-mo (Tarumanegara) untuk kerajaan yang berada di wilayah selatan , selain nama kerajaan lainnya seperti Ho-ling (kalingga) , Ho-lo-tan (Ciaruteun ) , Po-huang (pahang ) , Tan-tan, Mo-ho-hsin dan Kan-to-li (embrio Sriwijaya). Catatan terakhir tentang Koying muncul dari manuskrip Cina , Luoyang Qielan ji oleh Yang Xuanzhi dari pertengahan abad 6 M, yang menyebut Koying sebagai kerajaan kuat di wilayah selatan.

1.      1. Arti Nama Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara bermula dari sebuah perkampungan bernama Tarumadesya atau desa Taruma. Teks Wangsakerta menyebut bahwa lokasinya disebelah barat sungai Citarum . Asal-usul nama Tarumanegara oleh banyak ahli dianggap merujuk pada lokasinya yang berada dekat dengan sungai Citarum, Sehingga tarumanegara berarti Negara Taruma, Nama tersebut diduga berasal  dari kata taruma , nama sejenis tumbuhan yang digunakan untuk pewarna kain. Nama tumbuhan tarum juga dianggap menjadi asal mula penamaan sungai terbesar di jawa Barat , Citarum .Tapi peneliti Robert Wessing menilai bahwa ada kemungkinan nama Taruma berasal dari India mengingat Tarumanegara kerajaan beroientasi Hindu dan bagian dari kolonisasi India di Jawa dan Asia tenggara. Dasar argument ini menurut Wessing dikarenakan di India juga terdapat beberapa nama Taruma , salah satunya tercantum dalam prasasti Cholapuram dimana sebuah desa bernama Tarumapuram menjadi perbatasanya . JL Moens menilai bahwa penerapaan nama di daerah asal kedaerah baru merupakan bentuk ekspansi budaya , jika memang Tarumanegara dianggap sebagai bagian kolonisasi India. Selain itu menurut Paul Whetley , adanya sungai Gomati dan Candrabagha di Ceylon ( Srilngka) yang sama dengan tulisan di Prasasti Tugu mendukung kemungkinan adanya ekspansi budaya kolonisasi India ke wilayah Nusantara. Sementara itu sejumlah cerita tradisional dan pedagang asing dari dunia barat cenderung menyebut Citarum dengan nama Sungai Karawang.

Ketika Tarumanegara menguasai Jawa Barat , pada saat yang bersamaan dikalimantan juga berdiri kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai dalam bahasa Sangkrit dinamakan Bakulapura atau kota Bakula. Bakula adalah nama pohon tanjung yang berasal dari India., sehingga besar kemungkinan nama Bakulapura atau dalam bahasa lokal disebut Tanjungpura merupakan bentuk kolonisasi  budaya India di kalimantan. Dengan demikian bisa saja nama Tarumanegarapun bagian dari bentuk kolonisasi India diJawa Barat, yang namanya berasal dari sebuah tempat di India selatan dekat Tanjung Cholapuram, seperti yang dimaksud Wessing.

2.      2. Lokasi Tarumanagara

Setelah beberapa tahun , nama perkampungan Tarumadesya kemudian berganti jadi Jayasinghapura. Pada masa kepemimpinan Purnawarman , ibukota dipindahkan ke Sundapura yang lokasi nya lebih seluruh Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Teks Wangsakerta menyebut bahwa ada 48 daerah yang berada dibawah kekuasaannya. Dan sejauh ini ada 4 daerah yang diprediksi menjadi lokasi Tarumanegara , yaitu Bogor, Bekasi, Jakarta dan Karawang.

Pendapat Yang menyatakan Tarumanegara berada di Bekasi dan Karawang berkembang cukup kuat . salah satu prasasti Tarumanegara yang disebut Prasasti Tugu diketemukan diBekasi (sebelum Clincing Masuk DKI) . Tetapi pendapat awal yang menjadi dasar teori Tarumanegara ada di Bekasi dicetuskan oleh Prof. Poerbacaraka yang menyatakan bedasarkan pembacaan terhadap Prasasti Tugu . Prasasti Tugu berbunyi

 

“Pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatan purim prapya candrabhagarnavamyayan. Pravarddamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhavajabhutena srimata purnavarmmana. Prabrabhya phalguna masc khata krasnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka. Pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanairgo sahasrena prayati kradaksina”

Terjemahaan:

“Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan yang memiliki lengan kencang serta kuat yakni Purnawarmman, untuk mengalirkannya kelaut , setelah kali (saluran sungai) ini sampai di Istana kerajaan yang termasyur . Pada tahun 22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnawarmman yang berkilau-kilau karena kepandaian dan kebijaksanaanya serta menjadi panji-panji segala raja-raja , (Maka sekarang) beliau pun menitahkan pula menggali  kali (saluran Sungai) yang permai dan berair jernih Gomati namanya , Setelah kali (saluran Sungai ) tersebut mengalir melintas ditengah-tengah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja Purnawarmman) . Pekerjaan ini dimulai pada hari baik , tanggal 8 paro-gelap dulan Caitra . jadi hanya berlangsung 21hari lamanya., sedangkan saluran galian tersebut panjangnya 6122 busur. Selamatkan baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan”

Profesor Poerbacara menggaris bawahi nama Candrabagha, dan hasilnya kajianya menunjukan bahwa yang disebut Candrabagha adalah Bekasi. Candrabagha dibaca Baghacandra , dan akhirnya jadi Bhagasasi Karena Candra dalam bahasa Jawa Kuno artinya sama dengan sasi atau bulan. Darisitulah tercetuslah Bhagasasi, lalu di ucapkan Bekasi (Baccasie), dan akhirnya jadi Bekasi. Setelah Candrabagha dinyatakan sebagai Kali Bekasi maka sudah tentu merumuskan juga pendapat kalau ibukota Tarumanegara berada di Bekasi. Dalam perkembangannya , penemuaan artefak diwilayah buni juga ikut menegaskan tentang eksitensi Tarumanegara disana.

Budayawan Bogor, Rakean Minda kalangan meragukan pernyataan Prof. Poerbcaraka . Rakean minda Kalangan adalaha penyusun awal pantun bogor. Budayawan itu mempertanyakan kebenaran sejarah Bekasi yang diawali dari rumusan kata Candrabhaga. Menurutnya pendapat Poerbacaraka patut dikaji ulang . Selain itu beberapa perkampungan kuno Bekasi tepi pantai memiliki nama berbeda yaitu Parangkasi dan Barangkasi.

Istilah Candrabagha terdiri dari dua kata : Candra dan Bagha . Keduanya merupakan bahasa Sangsakerta. Candra artinya bulan sedangkan Bagha artinya bagian. Cukup menarik melihat Prof Poerbacaraka hanya menekan pada kata “Candra” saja , dan agak mengabaikan translate kata satunya “ Bagha” , sehingga Candrabagha atau Baghacandra jadi Baghasasi . sama sekali tidak ada perubahan untuk kata “Bagha” . Selain itumengapa kata cCandra harus diartikan dengan mengunakan bahasa Jawa Kuno, dimana kata “Candra” yang arti awalnya adalah bulan dengan nilai kosmologi kuno didalamnya , lalu dirubah kedalam bahasa Jawa Kuno jadi “Sasi”. Dan dari pembacaan seperti itulah akhirnya ditemukan kata Sasibagha . Lebih menarik lagi ketika kata Sasibagha lalu dirubah susunannya jadi Bhagasasi . Pembolak-balikan kata dalam bahasa Sangsakerta seperti iut cukup membingungkan. Dengan demikian mengartikan Candrabagha sebagai Bekasi sepertinya masih perlu pengkajian. Meskipun demikian , teori Tarumanegara berada diwilayah Bekasi dinila memiliki argumen cukup kuat. Bekasi merupakan wilayah pesisir dan menjadi Kompleks Buni yang menjadi jejk perdagangan Nusantara dengan bangsa luar , yang perkiraan waktu dan corak artefaknya banyak yang sezaman dengan masa Tarumanegara. Kali Bekasi disebut-sebut sebagai Kali Gomati yang mengalir melalui istana neneknya Purnawarmman dalam membangun koloni di sejumlah wilayah di Jawa Barat. Kampung Kebantenan tempat ditemukannya Piteket Silihwangi yang mengimformasikan tentang wilayah Sunda Sembawa juga menjadi petunjuk eksistensi Bekasi sebagai dari wilayah kuno.

Hadirnya Tarumanagara di Wilayah Sundapura yaitu Karawang-Bekasi dan sekitarnya , tidak lepas dari adanya kontak budaya dengan para pelayar dan pedagang India jauh-jauh sebelumnya. Sehingga unsur-unsur kebudayaan India  mulai dikenal dan diterima oleh masyarakat setempat . Beberapa unsur kebudayaan India kemudian diterapkan dalam tatanan sosial-budaya baru yang berlandaskan kebudayaan Hindu-India. Perkembangan kehidupan baru inilah akhirnya menumbuhkan bentuk institusi kemasyarakatan baru berupa kerajaan Tarumanagara. Wilayah kekuasaan Tarumanagara membentang dari wilayah Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada, Pandeglang sekarang)  sampai ke wilayah Purwalingga (Sekarang purbalingga jawa Tengah) , dengan Cipamali (Kali Brebes) dianggap sebagai batas kekuasaan. Sedangkan wilayah pengaruhnya dari Ujung Kulon sampai Jawa Tengah.

 

3.      3. Bukti Adanya Kerajaan Tarumanagara

Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanagara  dan daerah kekuasaanya, bisa diketahui peninggalan-peninggalan yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari dalam negeri dibuktikan dengan adanya beberapa percandian salah satunya komplek percandiaan batu jaya ditemukan di wilayah Kabupaten Karawang lokasinya yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang Jawa Barat,   sebagai situs peninggalan kerajaan Tarumanagara yang konon jika di eksavasi semuanya luas kompleks percandian akan memiliki luas 4 hektar  menurut sumber budayawan Karawang yaitu abah H.Herman El-fauzan yang waktu itu menjadi tokoh masyarakat dalam pemugaran candi jiwa di Batujaya. Ada juga peninggalannya berupa tugu dan prasasti diantaranya prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea yang ditemukan di sungai Ciaruteun Bogor 1863 M, Prasasti Muara Cianten ditemukan di sungai Cisadane lokasinya di Kp. Muara, Desa Ciaruteun 1864 M, Kec. Cibungbulang Tanggerang Banten, Prasasti Kebon Kopi I atau telapak gajah di temukan di kampung Muara Hilir Kecamatan Cibungbulan Bogor 1860 M, prasasti Jambu (prasasti Kolengkak) ditemukan di Gunung Batutulis ketinggian 367 mdpl Kp. Pasir Gintung, Desa Parakamuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor  1854 M, Prasasti Cidanghiyang ditemukan di kampung lebak, di tepi sungai cidahiyang, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang Banten 1947 M, Prasasti Pasir Awi terletak dilereng selatan bukit Pasir Awi di kawasan hutan perbuktian Cipamingkis, Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur (antara kecamatan Sukamakmur dan Citereup) 1864 M, dan Prasasti Tugu ditemukan di Kampung Tugu, Clincing , Bekasi tahun 1878 (sejak 1976 Clincing masuk kedalam wilayah DKI Jakarta) .

Itulah bukti dari Emporium pernah bekuasanya kerjaaan Tarumanagara di Nusantara ini dengan bukti peninggalan situs sejarah dari mulai percandian, tugu, prasasti sampai cerita lisan yang berkembang dimasyarakat . Mengindikasikan bahwa kerjaaan Tarumanagara benar-benar ada dimasa lampau , sebuah kerjaaan yang bercorak budha yang pernah berdiri di tanah air ini . Maka dari itu kita sebagai generasi bangsa mulailah ambil peran dan sikap untuk tetap selalu merawat peninggalan kebudayaan dimasalalu sebagai salah satu kekayaan bangsa ini . Mungkin saja banyak kebudayaan lain yang belum tergali sejarahnya di dalam catatan atau terkubur mendalam di bawah tanah pertiwi ini cukuplah kita sebagai bangsa Indonesia mulai membuka wawasan kebangsaaan kita bahwa kita adalah bangsa yang besar dan bangsa yang kaya akan keberagaman budaya yang telah dibuktikan oleh catatan sejarah bangsa-bangsa dahulu dengan gagah dan perkasa memimpin negeri ini itulah bukti kebudayaan Indonesia sangat adiluhung dan superior . Maka dari itulah sejarah adalah cerminan untuk majunya bangsa ini dimasa depan 

Historia Magistra Vitae” atau Sejarah adalah Guru yang terbaik,

“Sejarah  merupakan sebuah pengalaman yang akan menjadikan kita bijaksana dan “pintar’ artinya sejarah itu membuat suatu bangsa menjadi arif bijaksana dan tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh para pendahulunya atau kesalahan pada masa lalu”

Sumber :

Buku Sejarah Bekasi (sejak Peradaban Buni Ampe wayah Gini) : Endra Kusnawan

Buku Sejarah Membongkar Sejarah Karawang  :Asep R Sundapura

Perjalanan Petualangan Titik Koordinat tahun 2016-2017 :Ahmad Fauzi

Wipedia kerajaan Tarumanagara di unduh 30 Desember 2020

https://www.nativeindonesia.com/candi-jiwa-karawang/ diunduh 1 januari 2021




Komentar

Postingan Populer