PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI MASA DEPAN GENERASI MILINEAL




                                                                   
Tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini bisa dikatakan kian kompleks. Kenapa begitu? Kerena kemudahan akses informasi yang ditopang internet dan media sosial ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi bisa menumbuhkan iklim kreatif dan semakin luasnya pengetahuan, tapi di sisi lain, berpotensi menyebabkan dekadensi moral dan spiritual.
Untuk mengantisipasi hal yang disebut terakhir, peran orangtua dan guru sebagai pengawas dan pengarah agar generasi muda menggunakan internet sebagaimana mestinya saja belum cukup. Lebih dari itu, dibutuhkan revitalisasi elemen-elemen pendidikan yang mampu menangkal dan men Dalam konteks era digital tentu pendidikan karakter sangat penting. Mengingat, internet adalah belantara yang liar, di mana konten-konten informasi yang positif dan negatif bercampur jadi satu. Hanya fondasi moral yang kuat di dalam diri, dalam arti bisa membedakan mana yang baik dan buruklah yang bisa menjamin masa depan generasi muda Indonesia tetep cerah.yaring pengaruh buruk yang berpotensi masuk ke dalam diri generasi muda.
Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.Menurut kamus psikologi pendidikan karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. (Dali Gulo, 1982).
Pengetahuan yang berhubungan dengan budaya, kemanusiaan, dan nilai-nilai spiritual ini bisa dianggap kalah pamor di kalangan generasi muda bangsa. Banyak yang lebih menyukai pengetahuan eksakta dan teknis yang bisa mengarahkan mereka ke hal-hal praktis serta menghasilkan skill untuk bekerja. Akan tetapi, jika generasi muda Indonesia mengabaikan pengetahuan budaya, kemanusiaan, dan religi, mereka akan mudah terpengaruh budaya luar.
Seperti kata BJ. Habibie, yang dikutip dari Republika.co.id (08/08/2016), ada tiga hal penting dalam pendidikan, yaitu agama, budaya dan ilmu pengetahuan yang disertai pengamalan teknologi. Ketiganya harus berjalan sinergis, karena jika satu saja tidak ada dan timpang, potensi tergerusnya rasa cinta terhadap budaya bangsa dan hilangnya empati sosial akan kian membesar.
Pendidikan karakter kini menjadi salahsatu wacana utama dalam kebijakan nasional di bidang karakter Pendidikan. Seluruh kegiatan belajar serta mengajar yang ada dalam negara indonesia harus merujuk pada pelaksanaan pendidikan Karakter. Ini juga termuat di dalam Naskah Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan pada tahun 2010. Dalam naskah tersebut dinyatakan yakni pendidikan karakter menjadi unsur utama dalam pencapaian visi dan misi pembangunan Nasional yang termasuk pada RPJP 2005-2025.
Bukan hanya itu dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU SIKDIKNAS menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan karakter bukan hal baru dalam tradisi pendidikan di Indonesia. Beberapa pendidik Indonesia modern yang kita kenal seperti Soekarno telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian dan identitas bangsa yang bertujuan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter.Persoalan pendidikan karakter di Indonesia sejauh ini menyangkut pendidikan moral dan dalam aplikasinya terlalu membentuk satu arah pembelajaran khusus sehingga melupakan mata pelajaran lainnya, dalam pembelajaran terlalu membentuk satu sudut kurikulum yang diringkas kedalam formula menu siap saji tanpa melihat hasil dari proses yang dijalani.Guru/dosen pun cenderung mengarahkan prinsip moral umum secara satu arah, tanpa melibatkan partisipasi siswa untuk bertanya dan mengajukan pengalaman empiriknya. Sejauh ini dalam proses pendidikan di Indonesia yang berorientasi pada Pembentukan karakter individu belum dapat dikatakan tercapai karena dalam prosesnya pendidikan di Indonesia terlalu mengedepankan penilian pencapaian individu dengan tolak ukur tertentu terutama logik-matematik sebagai ukuran utama yang menempatkan seseorang sebagai warga kelas satu.Dalam prosesnya pendidikan karakter yang berorientasi pada moral dikesampingkan dan akibatnya banyak kegagalan nyata pada dimensi pembentukan karakter individu contohnya Indonesia terkenal di pentas dunia karena kisah yang buruk seperti korupsi dengan moralitas yang lembek
Fungsi pendidikan karakter karakter adalah untuk mengembangkan potensi dasar seorang anak agar berhati baik, berperilaku baik, serta berpikiran yang baik. Dengan fungsi besarnya untuk memperkuat serta membangun perilaku anak bangsa yang multikultur. Selain itu pendidikan karakter juga berfungsi meningkatkan peradaban manusia dan bangsa  yang baik  di dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dapat dilakukan bukan hanya di bangku sekolah, melainkan juga dari bergai media yang meliputi keluarga, lingkungan, pemerintahan, dunia usaha, serta media tegnologi.
Sedangkan tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bekerja sama atau bergotong royong. Selain itu Pendidikan karakter juga membentuk bangsa mempunyai jiwa patriotik atau suka menolong sesama, berkembang dengan dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan serta teknologi, beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa. Yang diantaranya adalah :
           Mengetahui berbagai karakter baik manusia.
           Dapat mengartikan dan menjelaskan berbagai karakter.
           Menunjukkan contoh perilaku berkarakter dalam kehidupan sehari-hari.
           Memahami sisi baik menjalankan perilaku berkarakter.
Secara umum untuk mewujudkan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui pendidikan formal, non formal, dan informal. Saling melengkapi dan mempercayai dan diatur dalam peraturan dan undang-undang. Pendidikan formal dilaksanakan secara berjenjang dan pendidikan tersebut mencakup pada pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, evokasi keagamaan dan khusus. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui jenjang pendidikan yang diimplementasikan pada kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang memuat pelajaran normatif, adaptif, produktif, muatan lokal, dan pengembangan diri.
Pendidikan karakter di sekolah yang diimplementasikan pada pendidikan pengembangan diri antara lain; melalui kegiatan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, semisal : pengurus OSIS, Pramuka, PMR, PKS, KIR, Olahraga, Seni, Keagamaan dan lainnya. Dengan kegiatan ekstrakurikuler ini sangat menyentuh, mudah dipahami, dan dilakukan siswa sebagai bagian penyaluran minat dan dilakukan siswa sebagai bagian penyaluran minat dan bakat yang dapat dikembangkan sebagai perwujudan pendidikan karakter bangsa. Point-point yang terdapat di dalam pendidikan karakter itu sendiri yaitu ; Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab.
Dari situlah kita mempunyai gambaran tentang bagaimana implemetasi dari pendidikan karakter itu sendiri terwujud di generasi muda bangsa tanpa kita menekankan para siswa dengan selalu membebani mereka dengan materi eksak mereka juga perlu pendidikan karakter agar terbentuk jiwa dan jati dirinya kelak dewasa nanti.
Generasi Millennial adalah terminologi generasi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia diberbagai bidang, apa dan siapa gerangan generasi millennial itu?. Generasi millennial diistilahkan untuk mereka yang lahir sekitar tahun 2000-an. Mereka dianggap sebagai generasi yang lahir di saat teknologi sudah maju dan zaman yang sudah modern. Generasi ini dipersiapkan untuk masa depan bangsa yang lebih dinamis, modern, dan canggih. Sikap mereka yang ‘melek’ teknologi diharapkan mampu memberikan perubahan yang lebih baik terhadap bangsa ini.
Generasi millennial saat ini dikenal sebagai generasi yang sangat melek teknologi. Mereka hidup dan dekat dengan teknologi yang hampir setiap saat tidak lepas dari pandangan mata. Layar elektronik menjadi semacam objek pandang yang paten bagi generasi ini. Dampaknya pun dapat dikatakan cukup menarik, lewat medium tersebut generasi millennial menerima informasi dan mampu belajar banyak hal. Berbagai fasilitas akses ilmu dapat ditemukan.
Generasi yang diserbu informasi dari berbagai sudut ini juga dikenal sebagai generasi yang memiliki impian dan angan yang tinggi. Fenomena ini tidak terlepas dari banyaknya informasi yang mereka terima dan mendorong ekspresi-ekspresi diri untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi. Seperti mampu mengenyam pendidikan master dan doktoral, misalnya. Tidak heran bila kemudian lowongan beasiswa di mana-mana diserbu pelamar yang kebanyakan adalah anak-anak muda. Tujuan untuk meraih impian pendidikan tinggi sekaligus bisa jalan-jalan di luar negeri adalah hal yang jamak ditemukan.
Adapun pendidikan karakter dalam membentuk generasi di masa depan yaitu dengan cara mengkulturkan kebudaya berwawasan nasional dengan teknologi dimana generasi muda bangsa di pupuk moral rasa nasionalisme dalam pembangunan suatu peradaban bangsa yang baru dan maju di dukung dengan teknologi yang modern.
Kita sebagai pemuda yang hidup saat ini merupakan bagian dari generasi millennial ini. Oleh karena itu, sudah saatnya mengembangkan diri karena bangsa membutuhkan tenaga dan ide-ide dari generasi muda ‘melek’ teknologi. Bukan pemuda yang lemah dan hanya berani bicara tapi tidak berani bertindak. Berani mencela, tapi takut minta maaf. Sikap pemuda yang berani berbuat dan berani bertanggungjawablah yang benar-benar siap untuk menanggung beban dan amanat dari jutaan penduduk Indonesia.
Generasi millennial harus selalu berpikir positif, beretika, santun dan berani bertindak. Itulah generasi yang diharapkan oleh mantan presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Pemuda yang mampu mengubah dan menguasai dunia dengan sikap dan tindakan yang cerdas dan berani.

Komentar

Postingan Populer