Sikap Idealis Pemuda "Kemewahan Yang Harus di Perjuangankan"


“idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda” Tan malaka
Ungkapan Bapak Republik indonesia yang terlupakan ini selalu aktual di segala jaman, Di berbagai perlintasan zaman, idealisme adalah barang langka yang sulit dipertaruhkan
Idealisme itu berasal dari nurani pemuda yang memiliki prinsip dan tidak bisa digoyahkan oleh apapun mereka sadar  secara dan sikap kritis dalam menyuarakan kebenaran. Perjuangan ketidak adilan selalu identik dengan pemuda, pemuda adalah ujung tombak terhadap perubahan bangsa ketika dalam situasi dan kondisi masyarakat di intervensi akibat peraturan hukum yang tak logis dan sesekali terlihat dungu isi aturan hukum tersebut maka disinilah peran pemuda sebagai pelopor pergerakan revolusi.
Di tengah situasi dan sistem politik negara yang sudah terlanjur berbalut materialisme ini, peran dan tangtangan pemuda saat ini semakin berat. Pilihannya adalah apakah dia akan menjaga generasi perubahan atau ia akan menjadi bagian dari penguat kemapanan dan penikmat kenyamanan generasi tua.
Dengan kondisi yang ada sekarang ini, tanpa idealisme bukan  tak mungkin pemuda hanya akan menjadi pelengkap pengisi gerbong lokomotif tua yang semakin reot. Tanpa kemauan untuk berubah dan mau berkorban dari para pemuda inilah bisa dipastikan, kondisi karut marut perpolitikan negara ini akan terus berlangsung. Apa yang bisa diharapkan dari para politisi negara yang telah berorientasi pada kekuasaan semata ?
Dalam keadaan inilah seharusnya kaum intelektual  yaitu mahasiswa seorang pendobrak dan revolusioner apabila kebijkan pemerintah tidak sesuai dengan prinsip humanismenya mereka secara sadar akan setatus mereka sebagai agen of change and agen of knowledge sudah seharusnya bersuaru lantang apabila suatu kebijakan pemerintah tidak sesusai yang membunuh rakyat secara perlahan lewat hukum karet yang sangat irasional sifatnya, Mahasiswa yang sudah di katakan   bung Hatta  bahwa Mahasiswa adalah mata dan hati rakyat apabila rakyat disakiti oleh pemerintah maka perlu bertindak , berbuat sesuatu sesuai hati nurani.
Katanya Soe Hoe Gie dalam  buku (Catatan Seorang Demonstran is the diary of Indonesia)  Aku sesekali tidak membuat mereka bertindak konyol . Bidang seorang sarjana adalah berfikir menciptakan yang baru. Mereka harus biasa bebas dari segala arus-arus masyarakat yang kacau. Seharusnya bebas disegala arus-arus masyarakat yang kacau . Seharusnya mereka bisa berfikir tenang karena predikat keserjanaan itu (atau walaupun bukan sarjana) . Tetapi mereka tidak bisa lepas dari fungsi sosialnya ialah bertindak demi tanggung jawab sosialnya bila keadaan telah mendesak . Kelompok intelektual yang terus berdiam dalam keadaan yang mendesak telah melunturkan semua kemanusiaan.
Sebagai calon pemimpin bangsa masa depan , sesuai dengan slogan pemimpin masa depan, sesuai dengan slogan “Student now, Leader tomorrow”, mahasisa tampaknya akan tetap menyuarakan perbaikan nasib rakyat .” dalam bukunya Soe Hok-Gie sekali lagi.... Hal 317.
Kata “Ampera” bukanlah slogan kosong yang tanpa makna ; ia akan ada sepanjang zaman.
Semangat mahasiswa untuk tetap bergerak kekuataan moral, mudah-mudahan tidak memudar walau zaman telah berganti. Namun asumsi lama tampaknya tetap berlaku, saat kondisi sosial, politik, dan ekonomi negara mengalami kemerosotan yang amat tajam, ketika persoalan keadilan di dalam masyarakat menjadi bagian dari kenyataan hidup sehari-hari ketika parlemen tidak lagi dapat mengontrol eksekutif, ketika itu pula para aktivis mahasiswa, atas nama amant penderitaan rakyat, akan bergerak kembali turun kejalan.
Mahasiswa akan tetap menjadi kekuataan moral yang diandalkan, meski mereka adalah kekuatan anomi yang tidak memiliki struktur organisasi yang baku. Maka dari itu wahai kalian generator inteletualitas mahasiswa perwujudan poros pergerakan pemuda di tangan kalianlah nasib bangsa ditentukan.

“Selama kaum terpelajar kita melihat bahwa perjuangan kemerdekaan sebagai masalah akademi saja, selama itulah perbuatan-perbuatan yang diharapkan itu kosong belaka. Biarlah mereka melangkah keluar dari kamar belajar menyeburkan diri ke dalam politik revolusioner yang aktif dan organis dalam perjuangan”

*Tan Malaka*

Sumber.
Buku Catatan Seorang Demonstran (Soe Hok-Gie)
Soe Hok-Gie sekali lagi (Soe Hol-Gie)

Penulis
Fauzi Ahmad.



“Mereka berjuangan melalui aksi dilapangan”
Saya akan berjuangan dengan gerakan senyap melalui tulisan’:.
“Selama pengetahuan dan literasi itu tumbuh hidup seperti bunga- bunga bermekaran pastilah kemungkaran sekuat apapun akan mengalami kehancuran”

Komentar

Posting Komentar